Pada akhirnya, semua empat tim Inggris dan empat tim Jerman sukses melaju ke babak 16 besar dan mereka akan ditemani tiga klub Spanyol dan satu masing-masing dari Italia, Prancis, Rusia, Yunani dan Turki.
Cristiano Ronaldo mengakhiri babak grup dengan menjadi top skor – mencetak total sembilan gol – sementara Zlatan Ibrahimovic tak diragukan lagi sebagai pemain terbaik di babak grup.
Beberapa tim besar tidak mendapati hasil sesuai keinginan, seperti Juventus dan Porto. Akan tetapi, sang juara bertahan Bayern Munich tanpa kesulitan melaju ke babak berikut.
Dari semua laga yang telah tersaji, tercatat ada 722 gol, yang mana juga memastikan babak sistem gugur tahun depan bakal berlangsung menarik.
Tunggu sampai Februari, namun sampai saat itu tiba, mari kita lihat apa yang telah kita pelajari sejauh ini…
Neymar akhirnya mampu menggantikan Messi |
Ya, kejadian itu hanya terjadi saat melawan Glasgow Celtic – yang di musim ini tampil begitu buruk di Liga Champions – namun performa luar biasa Neymar dalam kemenangan Barcelona 6-1 pantas dicatat.
Hat-trick dalam rentang 13 menit, termasuk lesakan berkelasnya untuk gol kedua dan ketiga, memastikan bahwa dunia membicarakan nama Neymar untuk saat ini.
Edisi pertama partai Barca-Celtic didominasi oleh Neymar yang sering over acting, dengan melibatkan kapten Scott Brown, namun tak ada yang bisa menghadang laju Neymar pada kesempatan terakhir.
Pemuda 21 tahun itu, yang mengisi posisi Lionel Messi, sempat kesulitan untuk menjadi ujung serangan Barca, padahal ia didatangkan untuk melakukan hal tersebut.
Performa Blaugrana juga mulai redup jelang jeda musim dingin sebagaimana Tata Martino mendapati cibiran pertama di rezimnya. Akan tetapi, laga melawan Celtic itu adalah pengingat akan kemampuan Neymar.
“Saya membutuhkan laga seperti ini,” ujar sang penyerang kepada laman resmi klub usai pertandingan. “Saya harap ini terus berlanjut.”
Neymar kini telah mencetak delapan gol untuk Barca secara keseluruhan, dengan mengemas 10 assists, yang menunjukkan bahwa ia begitu kompatibel dengan gaya bermain timnya.
“Yang membuat saya kagum akan Neymar adalah bagaimana ia terlibat dengan tim, bagaimana ia berusaha merebut kembali bola,” ujar Martino. “Hal seperti itu langka untuk pemain seperti dia.”
Borussia Dortmund melompat dari Liga Europa untuk kemudian menjadi juara babak grup Liga Champions dengan sepakan telat. Seandainya Manuel Pellegrini menyiapkan Serio Aguero dengan lebih sigap, maka mungkin saja Manchester City yang bakal menjuarai grup, dan bukannya Bayern Munich.
Hal seperti itulah yang memisahkan antara pemenang dan pecundang di Liga Champions musim ini.
Napoli bahkan harus tersingkir meski mengumpulkan 12 poin; hanya City yang lolos sebagai runner-updengan koleksi poin yang lebih. Sementara itu, Zenit, yang mengumpulkan enam poin, dihancurkan 4-1 oleh salah satu tim terendah di kompetisi itu, Austria Vienna – namun mereka tetap lolos. Galatasaray juga sukses melangkah ke babak berikut setelah mengoleksi tujuh poin saat menjalani babak grup yang luar biasa ketat.
Milan memaksa Ajax tersingkir, yang memiliki lima menit tambahan waktu untuk mengalahkan 10 pemain tim Italia itu dan meloloskan mereka sendiri. Namun mereka gagal.
Ada persaingan ketat antara Basel dan Schalke yang sama-sama ingin menemani Chelsea. Pertarungan di grup itu sendiri terbilang aneh - meski pada akhirnya memihak klub Jerman - yang mana mendapati setiap lawan sukses membekuk tim lainnya.
Situasinya juga sama, ketika Galatasaray menjamu Juventus. Bisa dikatakan itu adalah final dari gelaran ini.
Shakhtar Donetsk, Bayer Leverkusen, Olympiakos dan Benfica semuanya memiliki harapan untuk lolos hingga matchday terakhir, yang menunjukkan bahwa di musim ini ada sesuatu yang berharga untuk dipertaruhkan hingga peluit akhir.
Memang, sebelum bola ditendang pada matchday keenam, ada 23 dari 32 tim yang masih berpeluang lolos.
Sementara untuk Arsenal, kekalahan di Napoli mengakibatkan mereka bakal berhadapan dengan calon lawan seperti Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, Paris Saint-Germain atau Bayern Munich. Mereka tentu tidak akan menjadi yang favorit untuk itu.
“Tentu saja finis di urutan kedua membuat potensi lawan pada undian nanti menjadi lebih berat,” ujar Arsene Wenger. “Itu adalah frustrasi, karena Anda merasa ada ruang untun berbuat lebih baik, namun bisa juga lebih buruk malam ini.”
Juventus - Raja yang gagal |
Juventus memiliki enam pertandingan untuk mengumpulkan poin yang cukup demi lolos ke babak sistem gugur. Namun perjuangan mereka disisihkan Galatasaray di matchday keenam di Istanbul.
Klub sebesar Juventus harusnya tidak perlu mencari tiket lolos hingga pertengahan Desember. Mereka bisa dibilang kehilangan hak untuk bersaing di babak sistem gugur sejak bertemu Copenhagen di matchdaypertama dan kalah di saat terakhir dari Galatasaray.
“Kami dihukum dengan cara yang luar biasa karena kami bermain sepakbola,” ujar pelatih Antonio Conte kepada Sky Italia pasca tersingkirnya timnya. “Kami dimasukkan ke dalam perkelahian dan mereka tampil lebih baik. Di lapangan normal, saya tidak tahu bagaimana laga itu berakhir. Untuk situasi tertentu, kita bisa tampil lebih baik dalam kompetisi ini.”
Terbatasnya harapan Conte telah dimulai sejak awal musim – dengan mengakui bahwa Juve akan berjuang melawan Gala untuk memperebutkan tempat kedua sebelum bola itu ditendang, yang mana juga memperkirakan bahwa tim-tim Italia lainnya, termasuk mereka sendiri, membutuhkan waktu lama untuk memenangkan gelar Liga Champions.
Sikap mengalah seperti itu benar-benar bertentangan dengan sikap Conte. Dan sekarang mereka telah tersisih. Untuk ini, Conte sejatinya telah membangun tim yang sangat baik untuk Serie A dan Beppe Marotta sudah menambahkan kualitas yang hebat di bursa transfer, namun sang pelatih tetap menemukan timnya tersingkir dari Liga Champions.
Faktanya adalah Juve hanya memenangkan satu dari delapan pertandingan Liga Champions terakhirnya, dan kemenangan itu hanya mereka raih kala menghadapi Copenhagen setelah mendapat dua kali penalti.
Sudah waktunya berhenti untuk menyalahkan Uefa dan salju. Ini adalah saat yang tepat untuk melakukan introspeksi.
Kevin Grosskreutz - Pahlawan Dortmund |
"Kevin Grosskreutz mungkin ingin minum bir malam ini,” ujar Jurgen Klopp usai pemainnya itu memastikan kemenangan timnya untuk kemudian lolos dari babak grup setelah menjebol gawang Marseille. “Dia adalah seorang pria super dan melakukan segalanya dan mencetak gol kemenangan. Itu adalah malam yang sangat bagus.”
Itu merupakan hadiah untuk Grosskreutz yang menjadi penentu dalam kelolosan Dortmund ke babak sistem gugur sebagai juara grup. Dengan menjadi penggemar Dortmund, ia bisa mendapati dirinya diterima suporter untuk kemudian ikuti mendukung rekan setimnya ketika ia tidak dilibatkan dalam sebuah pertandingan.
Pemuda 25 tahun itu masuk bagian Dortmund saat masih remaja sebelum kemudian dilepas. Ia kemudian bergabung lagi dengan tim arahan Klopp dari Rot-Weiss Ahlen pada 2009 dan telah mengemas 200 lebih penampilan untuk ‘klub idamannya’.
Grosskreutz bukanlah pemain paling bertalenta di skuat Dortmund, namun kerja keras dan dedikasinya jelas tidak tergantikan untuk tim penghuni Westfalen.
Ia telah melihat bintang-bintang seperti Mario Gotze dan Shinji Kagawa hengkang ke klub yang lebih besar dan lebih banyak uang, namun ia melihat tempatnya sebagai starter dalam tim Klopp.
Tampil sebagai gelandang sayap, gelandang tengah, bek kanan, bek kiri dan bahkan di depan gawang – Grosskreutz memberikan segalanya untuk Dortmund. Di tengah kekhawatiran mereka akan cedera, gol dan statusnya sebagai pahlawan lokal tentunya sangat tepat.
“Ini luar biasa,” ujarnya kepada laman resmi klub. “Merayakan ini dengan fans usai pertandingan adalah hadiah terbaik atas kemenangan ini. Fans kami sungguh gila dalam arti kata yang baik. Tim ini dan fans benar-benar pantas mendapatkan kemenangan ini. Saya akan senang untuk menghabiskan waktu di bar hotel guna merayakan ini bersama dengan tim.”
Hanya Bayern yang bisa hentikan diri mereka |
Bayern Munich tampil hanya sekali dalam kolom ini sebelumnya dan saat itu adalah ketika Arjen Robben bertengkar dengan Pep Guardiola terkait alokasi penalti. Saran di hari itu adalah bahwa hanya pertengkaran lah yang bisa menghentikan Bayern dari impian mereka meraih gelar Liga Champions lagi.
Matchday enam mengubah itu semua.
Kami diberi indikasi akan adanya kelemahan lain dari tim Jerman tersebut. Kepuasan mereka, sikap apatis mereka saat kalah dari Manchester City di kandang jelas merupakan sesuatu. Di musim ini Bayern sebelumnya tidak bermain seperti itu. Mereka lesu, dan tampak tidak tertarik menjalani laga.
Seandainya Alvaro Negredo sukses memaksimalkan kesalahan Dante, maka City lah yang akan menjadi pemuncak dan bukannya Bayern. Pada saat Bayern menyadari apa yang sedang terjadi pada mereka, mereka tidak bisa bereaksi.
Itu adalah permainan sepakbola yang aneh, dan hal semacam itu bisa membangkitkan semangat pesaing mereka di Liga Champions. Cristiano Ronaldo dan Zlatan Ibrahimovic akan senang setelah menonton Dante dan Jerome Boateng tampil buruk seperti yang mereka tampilkan kemarin malam. Ada unsur kerapuhan dalam tim Bayern yang tertutup oleh performa mereka yang sempurna di awal musim.